Jumat, 09 September 2011

PEN (Protein Ekstrak Nabati) Sebagai Pakan Suplemen Ternak

Berawal dari langkanya literatur tentang PEN, maka penulis ingin membagikan informasi kepada adek2 mahasiswa peternakan tentang PEN dan manfaatnya, mungkin ada sebagian yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang PEN. Tulisan ini mungkin bisa bermanfaat. Tulisan ini diadopsi dari skripsi irwan azani (2009).

PEN (protein ekstrak nabati) merupakan hasil fermentasi dari bahan nabati seperti kedelai, jagung dan biji kapas. Kandungan protein kasarnya cukup tinggi sehingga bisa menjadi sumber protein dalam penyusunan pakan ternak.

Untuk mengefisiensikan penggunaan konsentrat maka dapat dipergunakan PEN. PEN dapat berfungsi sebagai sumber protein pengganti tepung ikan yang mahal karena kandungan protein kasar cukup tinggi antara 50-55%. Disamping itu PEN dapat meningkatkan efisiensi kecernaan bahan pakan keseluruhan sehingga dapat memacu produksi dan kemampuan reproduksi ternak, khususnya ternak induk betina maupun jantan (Waldron, 2002).

Kedelai mengandung nilai gizi yang cukup tinggi, dimana kandungan protein biji kedelai sekitar 31 persen, sedangkan protein dalam hijauan kedelai 15-20 %. Kandungan protein dari kedelai yang telah diproses jauh lebih tinggi dan lebih mudah dicerna. Hal ini disebabkan kedelai yang tidak dimasak kandungan asam amino sistin sangat rendah (Ensminger dan Olentine, 1978).

Ekstrak jagung terfermentasi (corn steep liquor) memiliki bobot 50% dari bobot keringnya, dimana kadar proteinnya mencapai 25 %. Produk ini biasanya dikombinasikan dengan corn gluten feed atau dijual terpisah sebagai protein cair untuk pakan sapi. Ekstrak jagung terfermentasi memiliki kadar vitamin B dan mineral yang baik. Corn gluten feed adalah medium kaya protein karena mengandung kulit ari jagung dan komposisi serat yang baik. Corn gluten feed kering memiliki kadar protein 21%, lemak 2,5 %, dan serat kasar 8 % (Egarusiani, 2009).

Biji kapas (Gossypium hirsutum) adalah limbah pertanian yang berasal dari perkebunan kapas. Secara tradisional kapas ditanam untuk memperoleh seratnya, yaitu produk yang paling berharga. Di negara penghasil kapas, bijinya diproses lebih lanjut dan diolah menjadi minyak (untuk sabun, cat, dan kosmetik), sedangkan ampasnya masih dapat diolah lagi menjadi tepung biji kapas. Karena mengandung protein yang tinggi (40%), maka ampas (bungkil) biji kapas sangat potensial dipakai sebagai pengganti kedelai dalam campuran pakan ternak (Sutikno, 2000).

Tulisan ini diadopsi dari skripsi irwan azani (2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulislah komentar yang baek dan bermanfaat, dan yang lebih penting tidak mengandung unsur SARA.. :)